Monday, December 10, 2007

Bulan Madu di Hutan Way Kambas


Nusa Dua - Seperti diceritakan sebelumnya, tahun 1995 Neil Franklin kembali ke Indonesia atau tepatnya ke Jakarta dan Bogor. Sambil menyusun proyek penyelamatan dan konservasi harimau Sumatera, Neil berkenalan dengan seorang gadis Jakarta.

"Saya dikenalkan seorang teman. Dia (gadis tersebut) bukan seorang conservationist seperti saya," kata Neil dalam wawancara di sela-sela parallel events UNCCC di Hotel Ayodya, Nusa Dua,
Bali, empat hari lalu.

Neil akhirnya menikah dengan gadis asli Jawa Barat itu. Bersamaan dengan itu, proyek konservasi harimau Sumateranya harus dilaksanakan.

"Kami pun bulan madu di hutan, di Way Kambas (Lampung)," kata Neil tergelak.

"Kasihan dia, anak
Jakarta terpaksa tinggal di hutan satu setengah tahun," imbuh Neil lagi sambil tertawa.

Setelah bulan madu di Way Kambas selama satu setengah tahun, istrinya kembali ke
Jakarta. Sementara Neil masih melanjutkan kegilaannya pada konservasi alam liar, khususnya harimau.

"Justru di Way Kambas, saya bertemu badak Sumatera yang sebelumnya di Kerinci gagal ditemukan. Padahal I have no intention to meet it," kata Neil tertawa.

Proyek konservasi bersama Departemen Kehutanan, LIPI dan IPB itu terus berlanjut ke belahan Sumatera lainnya. Sampai akhirnya Neil memiliki home base di kawasan suku pedalaman Talang Mamak di Riau.

"Kami mendirikan sekolah di
sana. Ada dewan pelindung yang merupakan masyarakat lokal," imbuh Neil.

Hasil penelitian harimau Sumatera ini membuahkan sebuah disertasi doktor untuk Neil. Tahun 2002, Neil meraih gelar doktor di bidang penyelamatan dan konservasi harimau Sumatera di York University, Inggris.

Lalu bagaimana cerita Neil sampai meninggalkan kegiatan LSM yang sangat membekas di pikirannya itu?

Sumber : www.detik.com

No comments: